Kasihan! Keluarga ini Harus Tinggal di Gubuk Dekat Kamar Mandi Umum

Potret kemiskinan masihlah kelihatan fakta di Mojokerto. Seperti yg di alami keluarga Paeran (50). Sepanjang tujuh th. paling akhir, dia berbarengan 2 anak serta istrinya mesti tinggal di gubuk yg ada di halaman kamar mandi umum.

Bangunan dari bilik bambu seluas 5x4 mtr. di Dusun Pasinan, Desa Kepuhanyar, Mojoanyar itu lebih layak dimaksud gubuk. Kondisinya jauh dari kata layak menjadi tempat rumah. Masuk ke bangunan ini, kesan kumuh sangat kental.

BACA : bilik bambu

Area tamu tempat tinggal sekalian area keluarga cuma 1x3 mtr.. Selimut kumal jadi alas biar yang menempati rumah ini tdk segera bersentuhan dengan lantai semen yg kotor serta lemat kala mau nonton TV. Persis di segi kiri area ini, ada area sempit seluas 1x1, 5 mtr..

Kasur biru yg tidak tebal serta kumal teronggok di lantai. Ini lah tempat tidur Bagas Setiawan (21), putra pertama Paeran. Di sisi area ini ada dapur yg bersifat lorong sempit. Cuma satu buah meja kecil serta rack piring yg menghiasi area 1x2, 5 mtr. itu.

Sesaat di segi kanan area tamu, ada kamar yg ukurannya paling luas, ialah 3x2 mtr.. Akan tetapi, kondisinya tdk kalah memprihatinkan. Tempat tidur ini memuat kasur yg udah lusuh. Sekat pada kamar tidur dengan area tamu cuma dari anyaman bambu yg udah banyak berlubang.

" Saya sekeluarga udah tujuh th. tinggal dirumah ini, terlebih dahulu numpang dirumah tetangga. Lantaran tanahnya numpang punya desa, saya diperintah bantu bersih-bersih kamar mandi umum, " kata Paeran kala melakukan perbincangan dengan wartawan di tempat tinggalnya, Selasa (19/12/2017).

Tempat tinggal berdinding anyaman bambu itu dihuni Paeran bersama-sama 2 anak laki laki serta istrinya. Tidak hanya tempat tinggal tdk layak huni, nyata-nyatanya gubuk yg jadi tempat berteduh keluarga Paeran ini berdiri diatas aset Desa Kepuhanyar. Pasnya ada di halaman kamar mandi umum desa setempat.

Benar-benar ga ada alternatif lainnya buat keluarga Paeran tidak hanya menduduki gubuk itu. Tempat tinggal warisan dari mertuanya di Dusun Pasinan, mesti dia serahkan terhadap adik iparnya. Paeran sendiri yg asli Ponorogo, juga tdk miliki tempat tinggal.

" Sedih mas, ini apabila hujan bocor seluruh. Kerangka atap udah lapuk dikonsumsi rayap, saya takut tumbang, " keluhnya.

BACA : atap kayu ulin

Belum pula yang diterima ke dua putranya yg acapkali alami problem kesehatan berkat tidur di lantai. " Nyaris tiap-tiap hari anak saya minta dikerokin lantaran masuk angin, " terangnya.

Sesaat pendapatan Paeran dari memulung rongsokan di TPA Randegan, cuma cukup utk makan. " Satuhari cuma mampu Rp 25 ribu, cuma cukup utk makan, " pungkasnya.

Utk melakukan perbaikan tempat tinggalnya ini, Paeran nekat mengemis dari kampung ke kampung. Dengan mengayuh sepeda angin salah satu yg dia punya, dia ikhlas meniti jarak beberapa puluh km. mencari orang yg dermawan. Dia mengikutsertakan surat info tdk bisa dari Desa Kepuhanyar.

0コメント

  • 1000 / 1000